Sabtu, 27 April 2013

Hikayat Kedatangan Nenek Moyang ALKA Ke Kerajaan Mempawah


Inilah bermula hikayat keberadaan nenek moyang ALKA Putra yang ternyata berasal dari sebuah Kerajaan di Negeri Minangkabau Lima Puluh Nagari yang disalin dari salinan Datok (red-Kakek)Muhammad Shaleh bin Haji Abdurrahman terhadap Buku Silsilah yang ditulis oleh Datok Haji Yahya bin Haji Abdullah Khatib.

Pasal menyatakan dari rentetan demi rentetan, alur demi alur silsilah yang dituliskan oleh Datok Haji Yahya bin Haji Abdullah Khatib terungkaplah alkisah zuriyat Alka bermula dari Negeri Minangkabau Lima Puluh Nagari, yang diawali dari titisan darah bawah sampai pada batas kemampuan titik telusur kenamaan dari garis darah paling atas.
Zuriyat yang menjadi awal pertama keberadaan zuriyat Alka Putra di Mempawah Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat adalah: Datuk Ummah (Imam Ahmad/Imam Maulana/Datok Umat) bin Datuk Ismail bin Datuk Muda Sri bin Datuk Ali Nahad Sri bin Datuk Maranjing Lima Puluh bin Datuk Hulubalang dipadang Genting bin Datuk Tohri Tahar bin Datuk Maulana Pahlawang bin Datuk Patih Maulana Pendeta dikota Lubah bin Datuk Maraja Kesaktian bin Datuk Ali Musa Lailan Sakti bin Datuk Muhammad Pahara Hulubalang bin Datuk Maulana Masyhur Sri bin Datuk Muda Paksih Tanah Batu Hasurah bin Datuk Amin Sakti Hulubalang Lailan Sri Baginda. Tersebutlah para Datuk inilah diantara lima puluh bapak Raja-Raja adanya.
            Syahdan alkisah Datuk Umah bin Datuk Ismail berlayar merantau dari Sumatra membelah laut menuju ke Pulau Siantan, wallahu a’lam bissawab berapa lama perjalanannya mengarungi samudra tidak ada yang tau pasti. Setelah sekian lama tinggal di siantan Datuk Umah berniat untuk berlayar kembali dengan tujuan Negeri Mempawah dan ketika masa itu sungai kuala mempawah masih sangat kecil. Maka Datuk Umah pergi menjalankan niatnya untuk berlayar menuju Negeri Mempawah dengan menggunakan satu perahu yang diberi nama PENJALANG BUNTUNG, dengan perahu itulah Datuk Umah masuk ke Negeri Mempawah melewati sungai kuala mempawah lalu terus mudik kehulu. Setelah sampai ke negeri yang bernama SEBUKIT dan tinggallah disitu untuk beberapa waktu dan pada akhirnya Datuk Umah/Datuk Umat yang juga sebagai nakhoda berniat untuk menetap di Negeri Mempawah. Dia pun berfikir untuk mencari tempat yang boleh dijadikan kampung untuk menjadi tempat berkekalan sampai ke anak cucu.
Nakhoda Umat pun mudik ke hilir dengan menggunakan perahunya Penjalang Buntung yang sangat besar dan panjang, namun perahu tersebut tidak dapat berputar arah sehingga perahu tersebut berjalan mundur, belakang menjadi haluan dan haluan menjadi belakang. Dengan susah payah Datuk Umat pun terus ke hilir hingga perahunya tergalang, tapi Datuk Umat terus menuju ke hilir dan sampailah di kamung Siantan yang terdapat di Kampung Pulau Pedalaman yang ada sekarang ini.
Datuk umah segera bermusyawarah dengan sanak saudaranya serta ahli-ahlinya dan seluruh awak dan penumpang didalam perahu tersebut untuk menentukan hari yang baik membuka hutan untuk dijadikan sebuah kampung. Setelah dicapai mufakat hasil musyawarah maka dimulailah menebang kayu dan menebas hutan hingga kekal sampai saat ini kampung tersebut dinamai dengan kampung siantan negeri mempawah.
Oleh karena itu Datuk Umah/Datuk Umat diangkat oleh Raja Kerajaan Mempawah menjadi Imam Negeri Mempawah dan diberi nama Imam Ahmad bin Datuk Ismail.
Inilah asal usulnya Datuk Umat yang dikenal Imam Ahmad bin Ismail yang juga diberi gelar Imam Maulana oleh Raja Kerajaan Mempawah sampai menjadi peringatan oleh anak cucu dan cicitnya dikemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar